RINGKASAN
Aktivitas Antimikroba Minyak Essential dari Rempah-Rempah terhadap Bakteri Lactobacillus, Vida Mujiarti, NIM B32150094, Tahun 2018, 78 hlm., Teknologi Pertanian, Politeknik Negeri Jember, Dr. Titik Budiati, S.Tp, MT, M.Sc (Pembimbing utama).
Minyak esensial merupakan minyak volatil hasil metabolisme sekunder tumbuhan yang diperoleh dari bagian tumbuhan seperti bunga, daun, biji, kulit kayu, buah-buahan dan akar atau rimpang. Minyak esensial diketahui mengandung campuran berbagai senyawa yaitu terpen, alkohol, aseton, fenol, asam, aldehid dan ester, yang umumnya digunakan sebagai pemberi esens (aroma) pada pangan dn antimikroba (Tajkarimi dkk, 2010). Antibakteri dalam minyak esensial mempunyai sifat hambat terhadap mikroba penyebab kerusakan pangan (Rahayu, 2000), sehingga dapat digunakan sebagai bahan pengawet alami.
Dalam teknologi pengolahan pangan terdapat beberapa jenis makanan yang proses pembuatannya secara sengaja dikombinasikan dengan beberapa jenis bakteri yang dapat meningkatkan kualitas makanan seperti bakteri Lactobacillus. Sehingga penggunaan minyak essential sebagai antimikroba diharapkan tidak membunuh bakteri tersebut.
Pada penelitian ini bertujuan untuk mengetahui aktivitas antimikroba dari beberapa jenis minyak esensial yang sering diaplikasikan dalam produk pangan yaitu minyak rosemery, minyak cengkeh, minyak jahe, minyak kunyit, minyak kemiri, minyak sere dan minyak lengkuas. Penelitian ini dilaksanakan pada tanggal 05 Juli 2017 sampai dengan 05 Maret 2018 di Laboratorium Biosains Politeknik Negeri Jember. Metode yang digunakan adalah Rancangan Acak Lengkap (RAL) yang terdiri dari satu faktor dengan tiga kali ulangan. Data hasil pengamatan dianalisa dengan metode Analysis Univariate. Apabila hasil uji terdapat perbedaan maka dilanjutkan dengan analisis lanjutan Duncan dengan taraf 5% untuk melihat perbedaan antar perlakuan
Hasil penelitian menunjukkan bahwa minyak rosemery, minyak cengkeh, minyak jahe, minyak kunyit, minyak kemiri, minyak sere dan minyak lengkuas memberikan pengaruh yang berbeda nyata terhadap daya hambat pertumbuhan bakteri Lactobacillus. Pada minyak kemiri menunjukkan tingkat daya hambat yang lemah terhadap bakteri L. pentosus yaitu sebesar 0,83 mm, dengan nilai MIC 20,8%. Pada bakteri L. delbrueckii sebesar 0,75 mm, dengan nilai MIC yaitu 83,3%. Pada bakteri L. acidophillus sebesar 0,66 mm, dengan nilai MIC yaitu 66,6%. Pada bakteri L. curvatus sebesar 0,5 mm, dengan nilai MIC yaitu 33,3%. Pada bakteri L. brevis sebesar 0,66 mm, dengan nilai MIC yaitu 41,6%. Pada bakteri L. paracasei sebesar 0,83 mm, dengan nilai MIC yaitu 33,3%. Sehingga minyak kemiri berpotensi untuk diaplikasikan kedalam produk-produk pangan yang mengandung Lactobacillus.