Detail Cantuman

RINGKASAN
Uji Ketahanan Tujuh Genotip Tanaman Kedelai (Glicine max.( L) merril ) Generasi F6 Terhadap Serangan Karat Daun (Phakopsora pachyrhizi) Metode IWGSR Joko Purwanto, Nim A41130731, Tahun 2017, 50 hlm, Teknologi, Produksi Benih, Produksi Pertanian, Politeknik Negeri Jember, Dr. Ir. Nurul Sjamsijah, MP. Selaku Dosen Pembimbing dan Dr. Ir. Suharjono, MP. Selaku Dosen Pembimbing Pendamping

Produksi kedelai di Indonesia sejak tahun 1995 cederung mengalami penurunan. Pada tahun 2007 produksi kedelai hanya 35% dibanding produksi tahun 1995. Dan kedelai tahun 2006 dan 2007 masing-masing mencapai 795.340 dan 782.530 ton, dan tahun 2009 diperkirakan turun menjadi 757.540 ton. Konsekwensi dari penurunan produksi adalah terjadinya defisit kedelai yang terus bertambah, karena konsumsi nasional cenderung meningkat dari tahun ke tahun. Saat ini, rata-rata nasional produktivitas kedelai di tingkat petani hanya sekitar 1,3 t/ha dengan kisaran 0,6 -2,0 t/ha, sedangkan di tingkat penelitian telah mencapai 1,7 – 3,2 t/ha bervariasi menurut kesuburan lahan dan penerapan teknologinya. Salah satu hambatan dalam peningkatan dan stabilisasi produksi kedelai di Indonesia adalah serangan penyakit karat daun yang disebabkan oleh cendawan Phakopsora pachyrhizi. Untuk mengatasi hal tersebut menggharuskan pemulia tanaman (breeder) untuk merakit varietas tanaman kedelai yang berprroduksi tinggi, umur panen pendek dan tahan terhadap serangan penyakit karat daun .dalam proses pemulian tanaman perlu adanya pengujian salah satunya yaitu pengujian ketahanan serangan penyakit karat daun menggunakan metode IWGSR ( International working group of soybean rost ) untuk mengetahui beberapa galur harapan yang tahan terhadap serangan penyakit karat daun.
Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui tingkat ketahanan tujuh genotipe kedelai (Glycine max (L.) merril) hasil persilangan generasi F6 terhadap serangan penyakit karat daun (Phakopsora pachyrhizi). Penelitian dilakukan menggunakan Rancangan Acak Kelompok (RAK) Non faktorial dengan 13 genotipe yang terdiri dari 4 tetua (1) Rajabasa, (2) Dering, (3) P2 dan (4) P3, 7
x

hasil persilangan RD, P2R, P2D, P2P3, P3R, P3D, P3P2 serta 2 varietas pembanding (1) Malabar, (2) Ringgit. Parameter pengamatan terdiri dari penghitungan nilai IWGSR, umur masak polong, hasil per plot, hasil per Ha. Kemudian data dianalisis menggunakan uji F (ANOVA) dilanjutkan dengan uji lanjut DMRT taraf 5%. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa genotipe P2D, P2P3 dan P3D memiliki ketahanan terhadap serangan penyakit karat daun dengan notasi R (Resisten atau Tahan) serta memiliki masak polong 81 - 83 hari. Berdasarkan penghitungan hasil per hektar genotipe P2D, P2P3, P3D, P3R dan P3P2 rata-rata produksi per Ha berkisar antara 1,58 s/d 2,34 ton per Ha.